ENZIM YANG MEMPENGARUHI BILANGAN PEROKSIDA DAN
MENINGKATNYA ANGKA PEROKSIDA
Peroksida digunakan sebagai zat pengelantang atau bleaching agent
pada industri pulp, kertas, dan tekstil. Senyawa ini juga biasa dipakai
pada proses pengolahan limbah cair, industri kimia, pembuatan deterjen,
makanan dan minuman, medis, serta industri elektronika (pembuatan PCB).
Salah satu keunggulan peroksida dibandingkan dengan oksidator yang lain
adalah sifatnya yang ramah lingkungan karena tidak meninggalkan residu
yang berbahaya. Kekuatan oksidatornya pun dapat diatur sesuai dengan
kebutuhan. Sebagai contoh dalam industri pulp dan kertas, penggunaan
peroksida biasanya dikombinasikan dengan NaOH atau soda api. Peroksida
dijual bebas, dengan berbagai merek dagang dalam konsentrasi rendah (3-5%)
sebagai pembersih luka atau sebagai
pemutih gigi (pada konsentrasi
terukur). Dalam konsentrasi agak tinggi (misalnya merek dagang Glyroxyl®)
dijual sebagai pemutih pakaian dan disinfektan. Penggunaan peroksida dalam
kosmetika dan makanan tidak dibenarkan karena zat ini mudah bereaksi
(oksidan kuat) dan korosif. Peroksida dengan rumus kimia H2O2 merupakan
bahan kimia anorganik yang memiliki sifat oksidator kuat. H2O2 tidak
berwarna dan memiliki bau yang khas agak keasaman. H2O2 larut dengan
sangat baik dalam air. Dalam kondisi normal hidrogen peroksida sangat
stabil, dengan laju dekomposisi yang sangat rendah.
Bahan baku pembuatan peroksida adalah gas hidrogen (H2) dan gas
oksigen (O2). Teknologi yang banyak digunakan di dalam industri peroksida
adalah auto oksidasi Anthraquinone. Di Indonesia sendiri saat ini terdapat
beberapa pabrik penghasil peroksida, di antaranya PT Peroksida Indonesia
Pratama, PT Degussa Peroxide Indonesia dan PT Samator Inti
Peroksida. Dalam percakapan umum, peroksida adalah larutan berair dari
hidrogen peroksida (HOOH or H2O2), senyawa yang dijual sebagai disinfektan
atau pemutih ringan. Biasanya hidrogen peroksida yang dijual secara
komersial adalah larutan encer yang berisi sedikit stabilizer, dalam botol
kaca atau polietilena untuk menurunkan tingkat dekomposisi. 6% (w/v)
hidrogen peroksida dapat merusak kulit, menimbulkan bisul-bisul putih yang
disebabkan oleh gelembung oksigen. Dalam kimia organik peroksida adalah
suatu gugus fungsional dari sebuah molekul organik yang mengandung ikatan
tunggal oksigen-oksigen (R-O-O-R'). Jika salah satu dari R atau R'
merupakan atom hidrogen, maka senyawa itu disebut hidroperoksida
(R-O-O-H). Radikal bebas HOO• disebut juga radikal hidroperoksida, yang
dianggap terlibat dalam reaksi pembakaran hidrokarbon di
udara.
Peroksida
organik juga cenderung terurai membentuk radikal RO•, yang berguna sebagai
katalis dalam berbagai reaksi polimerasi, seperti resin poliester yang
digunakan dalam glass-reinforced plastic (GRP). MEKP (metil etil keton
peroksida) biasanya digunakan untuk tujuan ini. Dalam kimia anorganik,
ion peroksida adalah anion O22-, yang juga memiliki ikatan tunggal
oksigen-oksigen. Ion ini bersifat amat basa, dan sering hadir sebagai
ketidakmurnian dalam senyawa-senyawa ion. Peroksida murni yang hanya
mengandung kation dan anion peroksida, biasanya dibentuk melalui
pembakaran logam alkali atau logam alkali tanah di udara atau oksigen.
Salah satu contohnya adalah natrium peroksida Na2O2.
Ion
perokida mengandung dua elektron lebih banyak daripada molekul oksigen.
Menurut teori orbital molekul, kedua elektron ini memenuhi dua orbital p*
(orbital antiikatan). Hal ini mengakibatkan lemahnya kekuatan ikatan O-O
dalam ion peroksida dan peningkatan panjang ikatannya: Li2O2 memiliki
panjang ikatan 130 pm dan BaO2 147 pm. Selain itu, hal ini juga
menyebabkan ion peroksida bersifat diamagnetik.
Hidrogen
peroksida (H2O2) adalah cairan bening, agak lebih kental daripada air,
yang merupakan oksidator kuat. Sifat terakhir ini dimanfaatkan manusia
sebagai bahan pemutih (bleach), disinfektan, oksidator, dan sebagai bahan
bakar roket. Hidrogen peroksida dengan rumus kimia H2O2 ditemukan oleh
Louis Jacques Thenard di tahun 1818. Senyawa ini merupakan bahan kimia
anorganik yang memiliki sifat oksidator kuat. Bahan baku pembuatan
hidrogen peroksida adalah gas hidrogen (H2) dan gas oksigen (O2).
Teknologi yang banyak digunakan di dalam industri hidrogen peroksida
adalah auto oksidasi Anthraquinone. H2O2 tidak berwarna, berbau khas
agak keasaman, dan larut dengan baik dalam air. Dalam kondisi normal
(kondisi ambient), hidrogen peroksida sangat stabil dengan laju
dekomposisi kira-kira kurang dari 1% per tahun. Mayoritas pengunaan
hidrogen peroksida adalah dengan memanfaatkan dan merekayasa reaksi
dekomposisinya, yang intinya menghasilkan oksigen. Pada tahap produksi
hidrogen peroksida, bahan stabilizer kimia biasanya ditambahkan dengan
maksud untuk menghambat laju dekomposisinya. Termasuk dekomposisi yang
terjadi selama produk hidrogen peroksida dalam penyimpanan. Selain
menghasilkan oksigen, reaksi dekomposisi hidrogen peroksida juga
menghasilkan air (H2O) dan panas. Reaksi dekomposisi eksotermis yang
terjadi adalah sebagai berikut:
H2O2
-> H2O + 1/2O2 + 23.45 kcal/mol
Faktor-faktor
yang mempengaruhi reaksi dekomposisi hidrogen peroksida adalah: 1.
Bahan organik tertentu, seperti alkohol dan bensin
2.
Katalis, seperti Pd, Fe, Cu, Ni, Cr, Pb, Mn
3.
Temperatur, laju reaksi dekomposisi hidrogen peroksida naik sebesar 2.2 x
setiap kenaikan
10oC
(dalam range temperatur 20-100oC)
4.
Permukaan container yang tidak rata (active surface)
5.
Padatan yang tersuspensi, seperti partikel debu atau pengotor
lainnya
6.
Makin tinggi pH (makin basa) laju dekomposisi semakin
tinggi
7.
Radiasi, terutama radiasi dari sinar dengan panjang gelombang yang
pendek
Hidrogen
peroksida bisa digunakan sebagai zat pengelantang atau bleaching agent
pada industri pulp, kertas, dan tekstil. Senyawa ini juga biasa dipakai
pada proses pengolahan limbah cair, industri kimia, pembuatan deterjen,
makanan dan minuman, medis, serta industri elektronika (pembuatan
PCB).Salah satu keunggulan hidrogen peroksida dibandingkan dengan
oksidator yang lain adalah sifatnya yang ramah lingkungan karena tidak
meninggalkan residu yang berbahaya. Kekuatan oksidatornya pun dapat diatur
sesuai dengan kebutuhan. Sebagai contoh dalam industri pulp dan kertas,
penggunaan hidrogen peroksida biasanya dikombinasikan dengan NaOH atau
soda api.
Semakin
basa, maka laju dekomposisi hidrogen peroksida pun semakin tinggi.
Kebutuhan industri akan hidrogen peroksida terus meningkat dari tahun ke
tahun. Walaupun saat ini di Indonesia sudah terdapat beberapa pabrik
penghasil hidrogen peroksida seperti PT Peroksida Indonesia Pratama, PT
Degussa Peroxide Indonesia, dan PT Samator Inti Peroksida, tetapi
kebutuhan di dalam negeri masih tetap harus diimpor.
Hidrogen
peroksida dijual bebas, dengan berbagai merek dagang dalam konsentrasi
rendah (3-5%) sebagai pembersih luka atau sebagai pemutih gigi (pada
konsentrasi terukur). Dalam konsentrasi agak tinggi (misalnya merek dagang
Glyroxyl®) dijual sebagai pemutih pakaian dan disinfektan. Penggunaan
hidrogen peroksida dalam kosmetika dan makanan tidak dibenarkan karena zat
ini mudah bereaksi (oksidan kuat) dan korosif.
Hidrogen
peroksida dengan rumus kimia H2O2 merupakan bahan kimia anorganik yang
memiliki sifat oksidator kuat. H2O2 tidak berwarna dan memiliki bau yang
khas agak keasaman. H2O2 larut dengan sangat baik dalam air. Dalam kondisi
normal hidrogen peroksida sangat stabil, dengan laju dekomposisi yang
sangat rendah. Pada saat mengalami dekomposisi hidrogen peroksida terurai
menjadi air dan gas oksigen, dengan mengikuti reaksi eksotermis
berikut: O2 + H2O + kalor
(panas)>--H2O2
Bahan
baku pembuatan hidrogen peroksida adalah gas hidrogen (H2) dan gas oksigen
(O2). Teknologi yang banyak digunakan di dalam industri hidrogen peroksida
adalah auto oksidasi Anthraquinone. Di Indonesia sendiri saat ini terdapat
beberapa pabrik penghasil hidrogen peroksida, di antaranya PT Peroksida
Indonesia Pratama, PT Degussa Peroxide Indonesia dan PT Samator Inti
Peroksida.
Hidrogen
peroksida banyak digunakan sebagai zat pengelantang atau bleaching agent,
pada industri pulp, kertas dan tekstil. Selain itu, industri-industri lain
yang menggunakan hidrogen peroksida di antaranya elektronika (pembuatan
PCB), waste water treatment, kimia, medis, deterjen, makanan dan minuman,
dan masih banyak lagi.
Salah
satu keunggulan hidrogen peroksida dibandingkan dengan oksidator yang lain
adalah sifatnya yang ramah lingkungan. Ia tidak meninggalkan residu, hanya
air dan oksigen. Kekuatan oksidatornya pun dapat diatur sesuai dengan
kebutuhan. Sebagai contoh dalamindustri pulp dan kertas, penggunaan
hidrogen peroksida biasanya di kombinasikan dengan NaOH atau soda api.
Semakin basa, maka laju dekomposisi hidrogen peroksida pun semakin tinggi.
Kebutuhan industri akan hidrogen peroksida terus meningkat dari tahun ke
tahun. Sampai saat ini Indonesia masih melakukan impor untuk menutupi
kebutuhan di dalam negeri.
B.
Reaksi Pembentukan Peroksida
1.Reaksi Unsur-unsur Golongan 1 dengan Oksigen dan
Klorin
Reaksi
dengan Udara atau Oksigen
Semua
logam pada Golongan 1 ini sangat reaktif dan harus dihindarkan dari
bersentuhan dengan udara untuk mencegah terjadinya oksidasi. Semakin ke
bawah Golongan, kereaktifan semakin meningkat. Lithium, natrium dan kalium
disimpan di dalam minyak. (Lithium sebenarnya mengapung dalam minyak, tapi
terdapat cukup banyak lapisan minyak untuk melindunginya. Itulah sebabnya
lithium kurang reaktif dibanding unsur lain dalam Golongan 1). Rubidium
dan cesium biasanya disimpan dalam tabung-tabung kaca tertutup untuk
mencegahnya bersentuhan dengan udara. Tabung-tabung tempat menyimpan kedua
logam ini bisa berupa lingkungan gas vakum atau lembam, seperti gas argon.
Tabung-tabung ini dipecahkan tutupnya jika logam didalamnya akan
digunakan.
Jika
logam-logam pada Golongan 1 ini dibakar maka akan terbentuk beberapa jenis
oksida, tergantung pada posisi logam dalam Golongan (rinciannya akan
dibahas berikut). Reaksi khusus dengan oksigen hanya merupakan versi yang
lebih lambat dari reaksi dengan udara secara umum. Lithium cukup berbeda
dengan logam lain dalam Golongan ini karena dia juga bereaksi dengan
nitrogen dalam udara menghasilkan lithium nitrida (lihat rincian
berikut).
Reaksi
masing-masing logam dengan oksigen
Lithium Lithium akan
terbakar dengan nyala merah terang jika dipanaskan di udara. Logam ini
bereaksi ini dengan oksigen dalam udara menghasilkan lthium oksida yang
berwarna putih. Jika bereaksi dengan oksigen murni, nyala biasanya lebih
terang. Lithium juga bereaksi dengan nitrogen di udara menghasilkan
lithium nitrida. Lithium merupakan satu-satunya unsur pada Golongan 1 yang
dapat membentuk nitrida dengan cara seperti
ini.
Natrium Potongan-potongan
kecil natrium terbakar di udara dan sering menimbulkan nyala yang sedikit
lebih terang dari warna orange. Jika jumlah natrium yang lebih besar
digunakan atau jika dibakar di dalam oksigen maka akan menghasilkan nyala
orange yang cemerlang. Terbentuk campuran padatan antara oksida dan
natrium peroksida. Persamaan reaksi untuk pembentukan oksida sederhana
mirip dengan yang terjadi pada lithium.
Kalium Potongan-potongan
kecil kalium yang dipanaskan di udara cenderung hanya melebur dan dengan
cepat kembali menjadi campuran kalium peroksida dan kalium superoksida
tanpa ada nyala yang terlihat. Jika potongan-potongan kalium yang lebih
besar dipanaskan, maka akan terbentuk nyala berwarna pink kebiru-biruan.
Persamaan reaksi untuk pembentukan peroksida tepat seperti yang terjadi
pada natrium di atas:
Rubidium and
cesium
Kedua
logam ini terbakar di udara dan menghasilkan superoksida yaitu RbO2 and
CsO2. Persamaan reaksinya
sama seperti persamaan reaksi untuk kalium. Beberapa sumber menyebutkan
bahwa kedua superoksida ini berwarna orange atau kuning. Salah satu situs
utama menyebutkan superoksida rubidium berwarna coklat tua pada salah satu
halaman webnya dan berwarna orange pada halaman web lainnya. Nyala yang
terbentuk saat reaksi terjadi belum dicermati lebih lanjut. Anda tidak
bisa memastikan bahwa nyala yang timbul dari pembakaran logam akan sama
dengan warna nyala dari senyawa-senyawanya. Mengapa semakin ke bawah
Golongan oksida yang terbentuk berbeda-beda?
•
Lithium (dan juga natrium sampai tingkatan tertentu) membentuk
oksida-oksida sederhana, X2O,
yang mengandug ion O2- umum.
•
Natrium (dan juga kalium sampai tingkatan tertentu) membentuk peroksida,
X2O2, yang mengandung ion O22- yang lebih kompleks (akan dibahas
berikut).
•
Kalium, rubidium dan cesium membentuk superoksida, XO2. Struktur ion
superoksida, O2-, sangat sulit dibahas pada tingkatan modul ini, untuk
memahaminya diperlukan pemahaman yang baik tentang teori orbital
molekul.
C.
Peranan Hidrogen Peroksida pada Peroksikom
Peroksikom
(peroxysome) adalah organel yang terbungkus oleh membran tunggal dari
lipid dwilapis yang mengandung protein pencerap (reseptor). Peroksisom
tidak memiliki genom dan mengandung sekitar 50 enzim, seperti katalase dan
ureat oksidase yang mengkristal di pusatnya. Peroksisom ditemukan pada
semua sel eukariota Peroksisom dianggap sebagai organel primitif yang
melakukan semua metabolisme oksigen di dalam sel eukariota tipe awal.
Produksi oksigen oleh bakteri fotosintetik akan terakumulasi di atmosfer.
Hal ini menyebabkan oksigen menjadi toksik bagi sebagian sel. Peroksisom
berperan menurunkan oksigen dalam sel dan melakukan reaksi oksidatif.
Berkembangnya mitokondria mengambil alih sebagian besar fungsi oksidatif
tersebut dan membuat peroksisom kurang terpakai. Yang tersisa pada era
modern sekarang hanya fungsi penting yang tidak dapat dilakukan
mitokondria. Protein untuk pembelahan disintesis di ribosom pada sitosol
lalu diimpor ke dalam peroksisom. Impor protein menyebabkan pertumbuhan
dan pembentukan peroksisom melalui pembelahan. Pembelahan mengikuti
pembesaran yang dialami oleh peroksisom, lalu muncul tonjolan/tunas di
salah satu bagian yang mengakumulasi lipid. Tonjolan ini lalu memisahkan
diri. Ribosom bebas, yang tidak melekat pada retikulum endoplasma, memasok
protein untuk isi dan membran, sementara dari sitosol dipasok beberapa
gugus penting, seperti heme, bagi pembentukan katalase dan peroksidase.
Peroksisom mempunyai komposisi enzim yang berbeda dalam jenis sel yang
berbeda. Peroksisom mampu beradaptasi dengan kondisi yang berubah-ubah.
Contohnya, sel khamir yang ditumbuhkan dalam gula mempunyai peroksisom
yang kecil, sedangkan sel ragi yang ditumbuhkan dalam metanol mempunyai
peroksisom yang besar untuk mengoksidasi metanol. Jika sel khamir tersebut
ditumbuhkan dalam asam lemak peroksisomnya membesar untuk memecahkan asam
lemak tersebut menjadi asetil KoA melalui beta-oksidasi. Peroksisom sel
hewan dan tumbuhan
Salah
satu fungsi penting biosintetik dari peroksisom hewan adalah untuk
mengkatalisis reaksi pertama dari pembentukan plasmalogen. Plasmalogen
merupakan jenis phospolipid terbanyak pada myelin. Kekurangan plasmalogen
ini menyebabkan myelin pada sel saraf menjadi abnormal, karena itulah
kerusakan peroksisom berujung pada kerusakan saraf. Peroksisom juga sangat
penting dalam tumbuhan. Terdapat dua jenis peroksisom sudah yang diteliti
secara ekstensif. Tipe pertama terdapat pada daun, yang berfungsi untuk
mengkatalisis produk sampingan dari reaksi pengikatan CO2 pada
karbohidrat, yang disebut fotorespirasi. Reaksi ini disebut fotorespirasi
karena menggunakan O2 dan melepaskan CO2. Tipe peroksisom lainnya,
terdapat dalam biji yang sedang berkecambah. Peroksisom kedua ini,
dinamakan glioksisom, mempunyai fungsi penting dalam pemecahan asam lemak,
yang tersimpan dalam lemak biji, menjadi gula yang diperlukan untuk
pertumbuhan tanaman muda. Proses pengubahan lemak menjadi gula ini
dilakukan dengan rangkaian reaksi yang disebut siklus glioksilat. Dalam
siklus glioksilat, dua molekul asetil KoA dihasilkan dari pemecahan asam
lemak, selanjutnya digunakan untuk membuat asam suksinat. Selanjutnya asam
suksinat ini meninggalkan peroksisom dan akan diubah menjadi glukosa.
Siklus glioksilat ini tidak terjadi pada sel hewan. Hal ini menyebabkan
sel hewan tidak dapat mengubah asam lemak menjadi karbohidrat.
Reaksi
fotorespirasi pada sel tumbuhan
Selama
fotosintesis, CO2 diubah menjadi glukosa melalui siklus Calvin, yang
dimulai dengan penambahan CO2 ke dalam gula lima karbon,
ribulosa-1,5-bifosfat. Akan tetapi, enzim yang terlibat dalam reaksi ini
terkadang mengkatalisis penambahan O2 ke dalam ribulosa-1,5-bifosfat, yang
berakibat pada produksi senyawa dengan dua karbon, fosfoglikolat.
Fosfoglikolat kemudian diubah menjadi glikolat, yang kemudian ditransfer
ke peroksisom, kemudian dioksidasi dan diubah menjadi glisin. Kemudian
glisin ditransfer ke mitokondria dan diubah menjadi serin. Serin lalu
dikembalikan ke dalam peroksisom dan diubah menjadi gliserat, yang
kemudian ditransfer kembali ke kloroplas.
Peroksisom
tidak memiliki DNA dan ribosom sehingga tidak dapat mensintesis protein
sendiri. Oleh karena itu dilakukan impor protein melalui membran. Hanya
protein tertentu yang dapat masuk ke peroksisom, yaitu protein yang
memiliki sekuen tiga asam amino spesifik (serin-lisin-leusin) pada ujung C
atau ujung N (Protein Targeting Signal/PTS). Protein reseptor impor
peroksisom yang terlibat dalam transpor protein ke dalam peroksisom adalah
peroksin (Pex). Protein reseptor impor peroksisom yang larut dalam sitosol
(Pex2 atau Pex5) mengenali protein peroksisom di sitosol yang mengandung
tiga sekuens asam amino spesifik di ujung N atau ujung C. Pex2 atau Pex5
mengangkut protein ke dalam peroksisom dengan bantuan protein membran
peroksisom. Kemudian di dalam peroksisom protein dilepaskan lalu Pex2 atau
Pex5 kembali ke sitosol.
D.
Penurunan Angka Peroksida Minyak Kelapa Tradisional dengan Adsorben Arang
Sekam Padi IR 64 yang Diaktifkan dengan Kalium
Hidroksida
Telah
dilakukan penelitian aktivitasi arang sekam padi jenis IR 64 dengan KOH
dan digunakan sebagai adsorben larutan H2O2. Selanjutnya adsorben tersebut
diaplikasikan untuk menurunkan angka peroksida minyak kelapa tradisional.
Penelitian ini meliputi aktivitasi arang sekam padi dengan KOH 5%, 10%,
dan 15%, kemudian diteruskan dengan penentuan laju dan isoterm adsorpsi
arang sekam aktif terhadap larutan H2O2. Akhirnya arang sekam aktif
tersebut digunakan untuk penentuan penurunan angka peroksida minyak kelapa
tradisional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju adsorpsi arang sekam
padi diaktivasi KOH lebih tinggi dibandingkan dengan arang sekam padi
tanpa aktivasi.
Pola
isoterm adsorpsi arang sekam padi tanpa dan dengan pengaktifan mengikuti
isoterm adsorpsi Langmuir. Arang sekam padi yang diaktivasi KOH 15 % mampu
meningkatkan kapasitas adsorpsi larutan H2O2 sebesar 297,16 mg/g,
sedangkan tanpa pengaktifan hanya 271,66 mg/g. Arang sekam padi yang
diaktivasi KOH 15 % digunakan untuk menurunkan angka peroksida minyak
kelapa tradisional, dan arang tersebut mampu menurunkan angka peroksida
sampai 84,4%.
Sekam
padi sebagian kecil masih dimanfaatkan untuk kepentingan rumah tangga,
seperti bahan bakar memasak, membakar batu bata, genteng, atau tembikar.
Limbah sekam ini belum dimanfaatkan secara maksimal padahal merupakan
bahan baku yang dapat dikembangkan dalam agroindustri, karena tersedia
dalam jumlah banyak serta murah. Disamping sebagai bahan bakar, sekam
dapat juga dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif, kertas
karbon, batu bateray dan lain-lain Arang umumnya mempunyai daya adsorpsi
yang rendah dan daya adsorpsi itu dapat diperbesar dengan cara
mengaktifkan arang menggunakan uap atau bahan kimia. Aktivasi karbon
bertujuan untuk memperbesar luas permukaan arang dengan membuka pori-pori
yang tertutup tar, hidrokarbon, dan zat-zat organik lainnya, sehingga
memperbesar kapasitas adsorpsi. Beberapa bahan kimia yang dapat digunakan
sebagai zat pengaktif seperti: HNO3, H3PO4, CN, Ca (OH)2, CaCl2, Ca(PO4)2,
NaOH, KOH, Na2SO4, SO2, Zn Cl2, Na2CO3, dan uap air pada suhu
tinggi.
Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Teng dan Hsu, (1999) KOH
dapat dipergunakan sebagai bahan pengaktif karbon yang mempunyai kemampuan
aktivasi baik, selain mudah harganya juga murah. Arang aktif dapat
digunakan sebagai adsorben untuk memucatkan minyak, dapat juga menyerap
suspensi koloid yang menghasilkan bau yang tidak dikehendaki dan
mengurangi jumlah peroksida sebagai hasil degradasi minyak (Anonim, 1999).
Kenaikkan angka peroksida atau Peroksida value (PV) merupakan indicator
dan parameter ketengikan minyak (Winarno,1992). Dalam penelitian ini
diteliti mengenai aktivasi arang sekam padi dengan KOH. Arang aktif yang
dihasilkan digunakan untuk mengadsorpsi hidrogen peroksida dan selanjutnya
diaplikasikan untuk mengurangi angka peroksida minyak kelapa
tradisional.Materi dan Metode pengerjaannya adalah sebagai
berikut:
Terakhir
penentuan kemampuan arang aktif dalam menurunkan peroksida minyak goreng
tradisional dicari dengan menggunakan rumus; angka peroksida = [(a – b) x
N x 8 x100]/G. Dalam hal ini a = jumlah Na2S2O3 untuk contoh (mL), b =
jumlahNa2S2O3 untuk sampel, 8 = ½ x berat atom oksigen (g/mol). G = berat
minyak (g).
Penelitian
ini diawali dengan aktivasi arang sekam pada IR 64 dengan menggunakan
beberapa kosentrasi KOH. Hasil adsorpsi arang sekam padi yang diaktivasi
KOH disajikan pada tabel 1.
Nilai
konstanta laju adsorpsi H2O2 pada arang sekam.
Jenis
Adsorben K1 (min -1)
*Adsorpsi
cepat Adsorpsi lambat
*Arang
tanpa pengaktifan 0,0346 0,0029
*Arang
yang diaktifkan dengan KOH 5% 0,0794 0,0037
*Arang
yang diaktifkan dengan KOH 10% 0,0885 0,0180
*Arang
yang diaktifkan dengan KOH 15% 0,829 0,0418
Arang
aktif yang diperoleh ditentukan laju dan isoterm adsorpsinya terhadap
larutan hidrogen peroksida. Selanjutnya arang aktif digunakan untuk
menentukan angka peroksida minyak tradisional.
Simpulan dari percobaan tersebut
adalah:
Aktivasi
arang sekam padi IR 64 menggunakan KOH 15% menunjukkan kapasitas adsorpsi
optimum yang dapat menurunkan angka peroksida pada minyak goreng
tradisional 84,4 %. Dimana arang aktif terlebih dahulu ditentukan laju dan
isoterm adsorpsinya terhadap larutan H2O2 pada arang sekam padi IR
64.
E. Nilai peroksida dan aktivitas anti
radikal bebas diphenyl picril hydrazil hydrate (DPPH) ekstrak metanol
Knema laurina
Penelitian
ini bertujuan untuk menentukan nilai peroksida dan uji aktivitas
antiradikal bebas DPPH (diphenyl picril hydrazil hydrate) ekstrak metanol
Knema laurina (Myristicaceae) sebagai indikator sifat antioksidan. Nilai
peroksida (POV) ditentukan dengan cara titrasi iodometri sedang uji
antiradikal bebas DPPH dilakukan dengan spektrofotometri. Berdasarka hasil
penapisan fitokimia diketahui bahwa komponen kimia pada K. laurina adalah
minyak atsiri, sterol, triterpen, tanin, gula pereduksi, alkaloid dan
saponin.
Nilai
peroksida (POV) dari ekstrak metanol K. laurina adalah 158.07
peroksida/1kg contoh sedang POV a-tocopherol adalah 363.96 peroksida/1kg
contoh. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak metanol K. laurina mampu
menghambat proses oksidasi lebih baik dari a-tocopherol sehingga peroksida
yang terbentuk lebih rendah. IC50 (konsentrasi penghambatan 50%) terhadap
radikal bebas DPPH adalah 39.72 ppm, sedang IC50 vitamin C adalah 12.20
ppm. Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak metanol K. laurina mampu
menghambat 50% aktivitas radikal bebas DPPH pada konsentrasi 39.72 ppm.
Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa ekstrak metanol K.
laurina mampu berfungsi sebagai reduktor pada proses oksidasi dan
mempunyai aktivitas yang baik sebagai anti radikal bebas
DPPH.
Radikal
bebas merupakan suatu molekul yang sangat reaktif karena mempunyai satu
atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas sangat reaktif
karena kehilangan satu atau lebih elektron yang bermuatan listrik, dan
untuk mengembalikan keseimbangannya maka radikal bebas berusaha
mendapatkan elektron dari molekul lain atau melepas elektron yang tidak
berpasangan tersebut. Radikal bebas dalam jumlah berlebih di dalam tubuh
sangat berbahaya karena menyebabkan kerusakan sel, asam nukleat, protein
dan jaringan lemak. Radikal bebas terbentuk di dalam tubuh akibat produk
sampingan proses metabolisme ataupun karena tubuh terpapar radikal bebas
melalui pernapasan.
Di
dalam tubuh terdapat mekanisme antioksidan atau antiradikal bebas secara
endogenik. Tetapi bila jumlah radikal bebas dalam tubuh berlebih maka
dibutuhkan antioksidan yang berasal dari sumber alami atau sintetik dari
luar tubuh. Senyawa antioksidan ini akan menyerahkan satu atau lebih
elektronnya kepada radikal bebas sehingga dapat menghentikan kerusakan
yang disebabkan oleh radikal bebas.
Menurut
Hudson (1990) definisi antioksidan secara umum adalah suatu senyawa yang
dapat memperlambat atau mencegah proses oksidasi. Antioksidan dapat
menghambat laju oksidasi bila bereaksi dengan radikal bebas.Secara alami
beberapa jenis tumbuhan merupakan sumber antioksidan, hal ini dapat
ditemukan pada beberapa jenis sayuran, buahbuahan segar, beberapa jenis
tumbuhan dan rempah-rempah.
Beberapa
jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai rempah-rempah adalah tumbuhan
dari suku Myristicaceae. Salah satu jenis tumbuhan dari suku Myristicaceae
yang belum banyak diketahui dan diungkapkan potensinya adalah Knema
laurina. Knema laurina merupakan pohon dengan tinggi mencapai 8-12 m,
ditemukan tumbuh di Jawa dan Sumatra. Kayunya dimanfaatkan sebagai bahan
bangunan.
Pengungkapan
potensinya sebagai sumber antioksidan kemungkinan berkaitan dengan senyawa
kimia yang terdapat dalam tumbuhan. Oleh sebab itu pada penelitian ini
dilakukan penapisan fitokimia untuk mengetahui kandungan kimia, uji nilai
peroksida sebagai indikator penghambatan proses oksidasi dan juga uji
antiradikal bebas DPPH untuk mengetahui kemampuan ekstrak Knema laurina
dalam menghambat radikal bebas DPPH. Metodologi
Ekstraksi
Kulit
batang Knema laurina diperoleh dari sekitar Taman Nasional Lore Lindu
(Sulawesi Tengah). Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium
Bogoriense. Kulit batang yang akan diekstraksi dibersihkan dari kotoran
dan dipotongpotong kemudian dikering anginkan. Kulit batang yang telah
kering kemudian digiling halus. Serbuk tersebut ditimbang sebanyak 500 gr
dan dimaserasi dengan metanol selama 24 jam. Filtrat yang ada ditampung
kemudian dipekatkan dengan rotaryevaporator. Residu dimaserasi lagi sampai
filtrat yang tertampung berwarna jernih. Ekstrak pekat yang diperoleh
dikumpulkan dan ditimbang untuk mengetahui rendemen ekstrak. Nilai
peroksida Pembuatan larutan natriumtiosulfat 0.02 N
Larutan
natriumtiosulfat (Na2S2O3) 0.02N dibuat dengan pengenceran larutan
natriumtiosulfat 1N. Normalitas larutan diukur dengan cara berikut : 500
mg kalium iodat (KIO3), dibilas dengan aquadest dalam labu ukur 100 ml
diencerkan sampai tanda garis. 25 ml dipipet dalam Erlenmeyer yang telah
berisi 10 ml KI 20% dan 25 ml HCl 4N. Larutan natriumtiosulfat dititar
dengan 0.02N sampai warna menjadi kuning, ditambahkan larutan kanji.
Penitaran dilanjutkan sampai warna biru hilang.
Ketarangan
:
V
= ml larutan natriumtiosulfat
fp
= 100/25 ; 35.7 = berat setara kaliumiodat
Penentuan
nilai peroksida
Ekstrak
metanol 500 mg dimasukkan dalam Erlenmeyer 250 ml kemudian ditambahkan 30
ml campuran asam asetat : kloroform : etanol (4:9:5), dan 1 gram Kalium
iodide (KI). Simpan sambil dikocok ditempat gelap selama 30 menit. Setelah
itu ditambahkan 30 ml aquadest dan larutan kanji. Selanjutnya dititar
dengan natrium tiosulfat 0.02N, sampai warna biru hilang. Jumlah (ml)
larutan Natiosulfat dicatat.
Nilai
Peroksida (POV) = S x N x 1000/gr sampel
Dimana
: S = ml larutan Na-tiosulfat
N = normalitas larutan Na-tiosulfat
Uji Antiradikal bebas DPPH
Larutan
DPPH (diphenyl picril hydrazil hydrate) 0.004% dalam etanol (pereaksi
standar) harus selalu dalam keadaan baru. Dua mg ekstrak yang dilarutkan
dalam 4 ml air bebas ion ke dalam larutan DPPH (1mM, 1 ml). Campuran
tersebut dikocok dan dibiarkan pada suhu kamar selama 30 menit dan diukur
absorbansinya. Absorbansi diukur dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 517 nm.
Nilai
Peroksida
Nilai
peroksida suatu ekstrak tumbuh-an menunjukkan kemampuan ekstrak untuk
menghambat laju oksidasi lemak. Lemak dan senyawa-senyawa yang dapat larut
dalam lemak sangat rentan terhadap proses oksidasi. Proses oksidasi ini
akan bersifat merugikan terutama pada makanan yang mengandung lemak.
Kemampuan suatu ekstrak untuk menghambat laju oksidasi yang diindikasikan
dengan nilai peroksida suatu ekstrak kemungkinan dapat dimanfaatkan
sebagai suatu bahan yang dapat bersifat antioksidan.
Berdasarkan
hasil titrasi iodometri maka nilai peroksida (POV) ekstrak methanol K.
laurina adalah 158.07 peroksida/ 1kg contoh, sedang POV a-tocopherol (610
mg) sebagai pembanding positif adalah 363.96 peroksida/1kg contoh.
a-tocopherol (vitamin E) digunakan sebagai pembanding positif karena
a-tocopherol berfungsi sebagai antioksidan alami dan digolongkan menjadi
golongan antioksidan sekunder. Antioksidan sekunder dapat menangkap
radikal bebas dan mencegah terjadinya reaksi berantai Nilai peroksida
(POV) ekstrak K. laurina lebih kecil dari POV a-tocopherol, hal ini
menunjukkan bahwa peroksida yang dihasilkan oleh ekstrak lebih sedikit
dibandingkan dengan a-tocopherol.
Hal ini kemungkinan berkaitan dengan
kandungan senyawa yang terdapat pada ekstrak methanol K. laurina yang
dapat menghambat laju oksidasi dan kemungkinan bersifat bioaktif. Hasil
penapisan fitokimia ekstrak K. laurina terdapat pada Tabel I. Penapisan
fitokimia dilakukan menurut metode Cuiley (1984). Penapisan fitokimia
dilakukan untuk mengetahui komponen kimia pada tumbuhan tersebut secara
kualitatif. Misal : identifikasi tannin dilakukan dengan menambahkan 1-2
ml besi (III) klorida pada sari alkohol. Terjadinya warna biru kehitaman
menunjukkan adanya tanin galat sedang warna hijau kehitaman menunjukkan
adanya tanin katekol. Golongan senyawa kimia ekstrak methanol K.
laurina berdasarkan penapisan fitokimia: • Minyak atsiri +
•
Lemak dan asam lemak –
•
Sterol dan triterpenoida +
•
Alkaloida basa –
•
Aglikon flavonoida –
•
Aglikon antrasenoida –
•
Tanin +
•
Gula pereduksi +
•
Garam alkaloida +
•
Antrasenoida –
•
Glikosida steroid –
•
Flavonoida –
•
Poliuronida –
•
Saponin +
Keterangan
: + :
terdeteksi
-
: tidak terdeteksi
Majalah
Farmasi Indonesia, 17(1), 2006 35 Robinson (1991) menyatakan bahwa
beberapa triterpenoida telah digunakan untuk pengobatan diabetes, gangguan
menstruasi dan kerusakan hati. Senyawa lain yang kemungkinan bersifat
sebagai antioksidan pada ekstrak K. laurina adalah fenolik diantaranya
adalah tanin. Hasil ini sesuai dengan Boer et al (1995) bahwa K. laurina
mengandung tanin. Senyawa fenol bermanfaat untuk mencegah atau menghambat
autooksidasi dari lemak dan minyak. Senyawa fenol yang umum digunakan
sebagai sumber antioksidan adalah a-tocopherol
Aktivitas anti radikal bebas
DPPH
DPPH
(difenil pikril hidrazil hidrat) menghasilkan radikal bebas aktif bila
dilarutkan dalam alkohol. Radikal bebas tersebut stabil dengan absorpsi
maksimum pada panjang gelombang 517 nm dan dapat direduksi oleh senyawa
antioksidan. Pada pengujian anti radikal bebas DPPH terhadap ekstrak
metanol K. laurina dan vitamin C sebagai pembanding positif menunjukkan
bahwa konsentrasi penghambatan 50% terhadap radikal bebas DPPH
berturut-turut adalah 39,72 ppm dan 12,20 ppm. Vitamin C digunakan sebagai
pembanding positif karena vitamin C berfungsi sebagai antioksidan
sekunder, dengan cara kerja yang sama dengan vitamin E, yaitu menangkap
radikal bebas dan mencegah terjadinya reaksi berantai. Hal ini berarti
bahwa ekstrak metanol K. laurina pada konsentrasi 39,72 ppm telah mampu
menghambat radikal bebas DPPH sebanyak 50%.
Berdasarkan
hasil tersebut dapatdikatakan bahwa ekstrak K. laurina mempunyai potensi
yang sangat baik dalam menghambat radikal bebas DPPH, karena pada
konsentrasi kurang dari 200 ppm telah dapat menghambat 50% radikal bebas
DPPH. Kemampuan menghambat radikal bebas DPPH tersebut berkaitan pula
dengan senyawa kimia yang terdapat pada ekstrak K. laurina. Senyawa
polifenol, misal : tanin pada ekstrak kemungkinan bersifat sebagai
antioksidan, selain itu juga terdapat kemungkinan adanya komponen lain
yang bersifat sebagai antioksidan. Misal : kandungan vitamin yang dapat
berfungsi sebagai antiradikal bebas DPPH.
1) Nilai peroksida (POV)
ekstrak methanol K. laurina (158.07 peroksida/1kg ) lebih kecil dari
a-tocopherol (363.96 peroksida/1kg)
2)
Konsentrasi penghambatan 50% (IC50) terhadap radikal bebas DPPH dari
ekstrak metanol K.
laurina
adalah 39,72 ppm.
3)
Ekstrak metanol K. laurina sangat berpotensi sebagai antiradikal bebas
DPPH.
F.
Reaksi Oksidasi Edible Oil Menggunakan Metode Penentuan Bilangan
Peroksida
Pengaruh
pemanasan terhadap kestabilan oksidatif edible oil dapat dipelajari
melalui penentuan bilangan peroksidanya. Selain itu, terjadinya proses
penuaan dan bleaching pada waktu pemurnian minyak dapat dipelajari secara
spektrofotometri pada daerah UV. Sampel minyak dipanaskan dalam oven pada
suhu 60°C dari 0 sampai 96 jam. Bilangan peroksida yang dihasilkan
ditentukan dengan titrasi iodometri sedangkan absorbansi diukur pada 240 -
320 nm dengan spektrofotometer UV/Vis. Bilangan peroksida sampel minyak
kelapa sawit, minyak kelapa murni, dan minyak kelapa murni dengan
penambahan antioksidan masing-masing sebesar 2,53 - 3,59; 2,75 - 5,20; dan
1,01 - 1,17 (meq/kg). Semua sampel minyak menunjukkan absorbansi maksimum
pada 260 - 280 nm, yaitu 0,24 - 0,36 untuk minyak kelapa sawit, 0,03 -
0,10 untuk minyak kelapa murni, dan 0,01 - 0,08 untuk minyak kelapa murni
dengan penambahan antioksidan.
Hasil
ini menunjukkan bahwa di bawah pengaruh pemanasan, minyak kelapa murni
mudah teroksidasi, sedangkan minyak kelapa sawit relatif stabil terhadap
oksidasi. Minyak kelapa murni dengan penambahan BHA (butil hidroksianisol)
dan BHT (butil hidroksitoluen) sebagai antioksidan, menunjukkan kestabilan
yang lebih baik terhadap oksidasi dibandingkan minyak kelapa murni tanpa
penambahan antioksidan. Tidak ada sampel minyak yang menunjukkan
absorbansi maksimum pada 230 - 240 nm yang menandakan bahwa sampel belum
mengalami proses penuaan. Sampel minyak kelapa sawit memberikan serapan
yang cukup kuat terhadap radiasi UV pada 260 - 280 nm. Hal ini menunjukkan
bahwa sampel ini telah dimurnikan melalui proses
bleaching.
Kesimpulan
Peroksida
adalah suatu gugus fungsional dari sebuah molekul organikü
yang mengandung ikatan tunggal oksigen-oksigen (R-O-O-R'). Jika salah satu
dari R atau R' merupakan atom hidrogen, maka senyawa itu disebut
hidroperoksida (R-O-O-H). Radikal bebas HOO• disebut juga radikal
hidroperoksida, yang dianggap terlibat dalam reaksi pembakaran hidrokarbon
di udara. peroksida adalah larutan berair dari hidrogen peroksida (HOOH or
H2O2), senyawa yang dijual sebagai disinfektan atau pemutih ringan.
Reaksi pembentukan peroksida ada 2
yaitu:ü
•
Reaksi Unsur-unsur Golongan II dengan Udara atau Oksigen dan
•
Reaksi Unsur-unsur Golongan 1 dengan Oksigen dan
Klorin.
Peroksikom (peroxysome) adalah organel yang terbungkus oleh membran
tunggal dari lipid dwilapis yang mengandung protein pencerap (reseptor).
Peroksisom tidak memiliki genom dan mengandung sekitar 50 enzim, seperti
katalase dan ureat oksidase yang mengkristal di pusatnya. Peroksisom
ditemukan pada semua sel eukariota. Peroksisom menggunakan oksigen (O2)dan
hidrogen peroksida (H2O2) untuk melakukan reaksi oksidatif. Enzim-enzim
dalam peroksisom ini menggunakan molekul oksigen untuk melepaskan atom
hidrogen dari substrat organik (R) tertentu dalam suatu reaksi oksidatif
yang menghasilkan hidrogen peroksida (H2O2). Aktivasi arang sekam padi IR 64
menggunakan KOH 15% menunjukkanü
kapasitas adsorpsi optimum yang dapat menurunkan angka peroksida pada
minyak goreng tradisional 84,4 %. Dimana arang aktif terlebih dahulu
ditentukan laju dan isoterm adsorpsinya terhadap larutan H2O2 pada arang
sekam padi IR 64.
|